Tidak Ada Opor Ayam dan Ketupat

Sudah lama ibu tidak boleh makan opor ayam itu semua demi kesehatan kata dokter penyakit dalam, dan kasus beberapa tahun yang lalu kakak mengalami hal yang membuat tidak nyaman sebab terlalu banyak memakan opor ayam sampai tidak bisa bangun, dan saya sendiri memang tidak terlalu suka dengan daging, mau itu daging ayam atau daging sapi, apalagi kambing.

Santan yang kentang dan ayam yang lembut mampu membuat lidah bergoyang tetapi itu dulu, untuk mengganti itu semua dengan lontong dan sambal goreng serta daging sapi yang diolah agar tidak terlalu keras, dan hasilnya saya selalu kesal ketika makan dengan daging, sisa daging pasti nyelap disisi gigi, memang yang namanya umur berpengaruh, maka dari itu saya lebih baik memakan lontong dicampur sambal goreng serta air dari ayem ayem ayam kampung.

Ada hal yang aneh saya jumpai, pertam makan di pagi hari sangat tidak nyaman, sudah terbiasa puasa, memang tidak full sebulan penuh menjalankan puasa, pasti ada satu atau lebih batal, kalaupun batal saya tidak memakan nasi paling air dan beberapa makanan ringan, baru ketika adzan magrib makan nasi agar terasa nikmatnya saja, karena momen seperti itu tidak bisa didapatkan setiap hari.

THR? apa itu? setengah malu tapi mau, di umur yang tidak bisa dikatakan anak-anak lagi, malu rasanya menerima thr, memang anak terakhir di dalam keluarga, tapi tetap saja kumis dan jenggot membuat malu menerima apalagi meminta, tapi karena saya juga manusia mau juga dong dikasih thr, jadi saya menerimanya dengan malu-malu dan gembira, thr bukan tentang apa-apa tapi apa yah, enggak tau ahh bingung.

Hari lebaran tahun ini banyak yang berbeda, tidak ada keramaian yang mencolok atau tetangga yang biasanya plesiran ke tempat rekreasi dengan menggunakan mobil truk yang ditutupi terpal biru, satu keluarga besar bernagkat bersama tidak lagi terlihat, hanya beberapa orang yang saling bersalam-salaman di pinggir jalan, tidak lupa dengan baju terbaik mereka.

Tapi sempat juga menyantap sedikit opor ayam, pemberian tetangga, masih begitu pagi saya selesai mandi pintu depan rumah ada yang mengetok, datangnya satu rantang berisi ketupat dan opor ayam serta sambal, akhirnya saya bisa menikmati, karena tidak ada yang memakan maka saya habiskan semua, sampai kentut saya beraroma opor ayam yang masih anget.

Sempat beberapa hari sebelum hari lebaran ibu menawari untuk membeli pakaian baru, tentu saja saya menolak dengan halus, karena tidak mau ke tempat yang ramai, dan tidak punya lemari di rumah, toh paling tidak jauh dari kaos yang berwarna hitam dan celana jeans warna hitam juga, dan kulit yang hitam juga, dan yang pasti ibu hanya bertanya basa-basi sebab tau saya tidak suka berbenja pakaian, hampir 50% pakaian saya sumbangan dari kakak serta paman.

Malam takbiran disambut dengan huja deras, tidak ada anak-anak yang berkeliling sambil membawa obor, malam itu tidak bisa tidur karena nyaman mendengarkan suara hujan sampai tersadar sudah pagi, bangun melihat meja tidak ada opor ayam dan ketupat.