Bersahabat dengan Panas

Bisa Karena Terbiasa 

Ada benarnya juga pepatah diatas, sudaj beberapa bulan tinggal di tempat asal, hampir setengah tahun kalo tidak salah, tidak lama juga di tempat perantauan, cuaca mau musim kemarau atau hujan sama saja. 

Suhu di bawah tiga puluh derajat sangat jarang terjadi, biasanya kalau sudah malam menjelang pagi, pada awalnya selalu mengeluh tentang cuaca yang panas, namun buat apa mengeluh toh matahari tidak punya telinga. 

Seiring berjalannya waktu diam langsung keringat, jalan sedikit berkeringat, lama-lama tidak terasa baru sudah menjalang magrib baju basah semua kena keringat, sesuatu yang tidak dapat dilakukan di tempat yang sejuk. 

Cuaca yang panas membuat berani untuk mandi di waktu subuh, tidak ada alasan lagi untuk tidak mandi, bangun tidur langsung berkeringat, kipas hanya sebagai pengusir nyamuk tidak mampu meredam cuaca yang panas. 

Lain cerita kalo ada ac, tapi tidak tahu mengapa kalai terlalu lama di ruang ber-ac bikin tidak betah, memang sejuk tapi bikin badan tidak berkeringat kaya enggak ada licin-licinnya. 

Keluar di siang bolong tidak perlu takut, matahari tidak bikin kulit gosong yang sudah gosong, bersahabat lah dengan cuaca panas, sebab tanpa dia cucian bisa cepat kering.