(Cerpen) Toilet Umum

Lapig seharian melakukan aktifitas diluar rumah, pada kenyataannya tidak ada kegiatan hanya mempersibuk diri sendiri, sebab berdiam selama beberapa hari sangat menjemukan.

Bangun sebelum pagi datang lalu tidur lagi, sungguh sialan si lapig, hanya ingin memberi tahu ayam pak lurah bahwa dia bisa bangun lebih awal, atau membuktikan diri bisa bangun sebelum burung om burhan terbangun di pagi hari.

Semua yang dilakukan lapig cuma bualan, beberapa menit bangun lalu buang air besar sambil menikmati sebatang rokok puntung, setelah selesai kembali manarik selimut dan memadamkan lampu taman.

Sepertinya tidak semua tentang bualan, tepat jam tujuh pagi lapig kembali bangun, berdiam sebentar karena kepala sedikit pening terlalu kebanyakan tidur dari ashar sampai subuh bersambung.

Membelokan badan ke kiri dan ke kanan, suara remukan tulang yang dibungkus kulit.

lalu lapig menuju kamar mandi

Entah kerasukan jin impor atau bagaimana, lapig langsung mandi dan membersihkan kamar yang lebih disebut gudang penyimpan barang peninggalan kompeni belanda.

Sehabis bersih-bersih, keadaan sudah rapi, memakai baju bekas lebaran tujuh tahun yang lalu, hendak keluar rumah lapig bingung seperti orang linglung habis makan lem aibon satu drum.

Tidak ada kegiatan, namun jika hanya berdiam disini sama dengan mati secara berlahan, tidak ada makanan dan minuman, hanya ada tumpukan sampah yang dikumpulkan lapig setahun belakangan.

lapig bertanya pada diri sendiri

Namun orang yang berjalan di depan rumah memandang lapig dengan sinis, “ihh orang gila kayak nya masa ngobrol sama diri sendiri”.

Diketahui orang yang lewat rumah lapig adalah orang gila beneran, lelaki paruh baya kelewat stress karena gagal dalam pemilihan kepala rt akhirnya seliweran di jalanan gang.

Akhirnya lapig ke luar rumah tanpa arah dan tujuan sama seperti lelaki paruh baya tadi, mengelilingi desa ke desa, sampai ke kabupaten tetangga.

Sudah hampir empat jam lapih berjalan tanpa tujuan, tidak ada satu orangpun yang mengenali lapig, selain jarang bergaul, lapig juga belum pernah digauli.

Matahari sudah sangat terik, tenggorokan kering, dan keringat mengucur seperti truk pdam dicoblos tanduk banteng, namun ide yang sangat cemerlang datang di kepala lapig.

lapig mengeluh sambil membelai burungnya

Perjalanan yang panjang akhirnya menemukan tujuan, berjalan dengan tergesa-gesa mencari toilet umum terdekat, lapig sebagai manusia yang mempunyai etika tidak mau kencing sembarangan walaupun hidupnya tidak berguna.

Menemukan beberapa masjid dipinggir jalan namun kamar mandi tertutup dengan gembok yang terkunci, kini lapig berlari seperti bolt, akhirnya menemukan toilet umum di pom bensin.

Setelah berhasil masuk ke kamar mandi, nasib sial datang lapig keburu kencing di celana.