Nasi Goreng Legend

Tidak banyak yang berubah sejak sepuluh tahun terakhir, jalanan masih berlubang, padahal setiap tahun selalu diaspal, penjual nasi goreng dipojok pertigaan.

Sejak sd sudah berdiri bangunan kecil berjejer disamping sekolah dasar seberang kantor desa, pertigaan terlihat luas dan ramai remang-remang.

Kini melihat lapangan sulit dijangkau sudah banyak bangunan toko yang berjejer tidak beraturan, perlu masuk sedikit untuk menuju lapangan.

Tukang nasi goreng itu masih dengan ciri khasnya harga yang kelewat murah, ketika sd harga nasi goreng masih tiga rupiah satu porsi dengan telur, tentu rasanya biasa saja hanya satu porsi sangat banyak.

Keadaan di rumah semakin sepi, ruang tamu rasanya sangat luas, dingin walau di luar panas, hanya seorang diri menempati rumah yang dulunya sangat ramai.

Tidak setiap hari memasak nasi, stok indomie sudah hapir, motor sangat jarang disentuh, akhirnya sehabis isya memanas kan motor butut dari dalam rumah.

Menuju tempat keramain yang tidak begitu ramai, tukang nasi goreng itu masih berjualan sejak puluhan tahun, rasanya masih sama, tidak ada daging hanya telur kelewat matang.

Memesan satu porsi dan satu gelas es teh, sengaja tidak dibungkus, makan sendirian tidak begitu menyenangkan, enak makan di tempat banyak motor lewat.

Sambil mengingat kenangan sewaktu kecil, jejeran warung tidak ada yang berubah, masih berbentuk bangunan lama, tidak ada yang direnovasi, cat tembok yang dipenuhi oleh coretan.

Cukup cepat menunggu nasi goreng itu tersaji, sebab hanya saya seorang yang membeli, sepertinya memang sedang lesu perekonomian kecil sejak banyak kasus yang positif virus corona.

Hanya beberapa orang yang luluh lalang berjalan kaki dipinggiran simpang tiga dekat lapangan, lebih banyak penjual daripada pembeli, sehabis makan berdiam sejenak sambil meminum es teh.

Mengeluarkan rokok di kantong jaket, untung masih ada sisa satu batang bekas kemarin, rokok dengan cap bangunan gudang yang berjejer.

Es teh sudah habis dan rokok mulai tidak enak dihisap, tetapi tidak ada pembeli selain saya di tukang nasi goreng legend ini, pantat mulai panas terlalu lama duduk di kursi kayu ini.

bertanya kepada penjual nasgor legend

menjawab dengan detail

Setelah selesai makan nasgor kembali ke rumah, menjalankan motor dengan pelan-pelan, hanya gigi satu melihat sekitaran tidak banyak yang berubah selain waktu yang terus berjalan, dan beberapa orang saling meninggalkan.