Menanti Magrib

Lapig sudah terbiasa begadang badannya jadi kurus, jarang makan, bisa tidur biasanya pada pukul empat pagi, dimana burung om bram baru bangun, si lapig baru bisa tidur, soalnya burung om bram emosian gampang tegang. 

Lebih banyak menghabiskan waktu di malam hari, waktu pagi sampai sore lapig tidur dengan nyenyak, ketika hari sudah gelap dan matahari mulai kabur dikejar jam tayang, lapig duduk de depan kandang babi menanti magrib. 

Sambil menunggu magrib lapig selalu mengisi waktu dengan membuat keributan, mulai dari mengacak-acak sepiteng pak rt sampai mencuri ayam om bram. 

Sempat pada suatu hari lapig kepikiran untuk mencuri burung om bram yang selalu berisik di malam hari, tepat pada hari jumat sore hari, keadaan sepi lapig berjalan menuju rumah om bram untuk mengambil burungnya. 

wahh, sepi nih om burhan kayanya enggak ada. 

Dengan hati – hatu lapig menuju halaman rumah om bram, karung sudaj siap sedia, terlihat burung masih tertidur, tanpa pikir panjang lapig langsung membungkus burung sialan itu. 

Setelah berhasil memasukan burung ke dalam karung, lapig langsung bergegas kembali ke kandang babi, detak jantung masih tidak karuan, baru kali ini lapih nekat mencuru burung om bram. 

Menarik nafas dalam-dalam, lapig mulai membuka karung dengan hati yang gembira akhirnya bisa mencuri burung sialan. ku sate kau burung dajjal. 

Membuka karung pelan-pelan, lapig kaget bukan kepalang ternyata yang dia curi bukan hanya burung di dalam karung ada om bram dan burungnya. 

Mau ngapain lapig? om susah nafas nih di dalem karung.